Batik Sebagai Kurikulum di Jenjang Sekolah

Batik sebagai warisan budaya, komentar itu kerap kali meluncur dari kita sebagai warga negara. Mencintai produk budaya yang satu ini memang sudah menjadi wacana dimana-mana. Buktinya, banyak iklan di berbagai media, baik elektonik maupun cetak kerapkali memasang berita mengenai batik. Baik itu melalui fashion, maupun promosi produk batik lainnya. Namun, yang perlu dicermati seksama, warisan budaya yang diwacanakan perlu dilestarikan ini kiranya perlu memiliki wadah dalam pendidikan kita. Salah satunya melalui pengadaan kurikululm batik di sekolah. Memang, di beberapa sekolah sudah ada yang menerapkannya, namun banyak pula yang belum terlaksanakan sepenuhnya. Bisa dipastikan, jam pembelajaran yang ada di sekolah sudah dipenuhi oleh berbagai macam matapelajaran umum lainnya.Mengapa kurikulum batik dalam pendidikan kita diperlukan? 

Hal ini terkait dengan pendidikan sejak dini. Penanaman nilai melalui jalur pendidikan bukanlah proses yang instan, diperlukan waktu dan ketelatenan sehingga nilai yang ditanamankan dapat terserap ke dalam jiwa dan pikiran generasi muda. Misalnya saja, pengenalan batik sebagai budaya dan nilai seni dapat dilakukan pada  tingkatan SD dan SMP, melalui pengenalan itu,harapannya anak-anak sudah memiliki pikiran bahwa batik adalah sesuatu yang berharga dan merupakan warisan nenek moyang yang perlu dijaga. Dengan begitu, mereka akan suka menggunakan batik di berbagai kesempatan dan peristiwa.  Pengenalan inipun akhirnya berlanjut hingga jenjang SMA dan perguruan tinggi, saat-saat dimana mereka akan mengenal lebih jauh bagaimana sejarah batik secara detail, makna batik yang dulunya merupakan simbol kekuasaan, hingga kondisi dan nasib para pengrajin  batik di tengah gencarnya produk-produk import lainnya.  Melalui pengenalan yang bertahap tersebut, generasi muda akan mengenal batik secara dalam dan menyeluruh. Tidak mustahil akan muncul sikap bijak dalam melestarikannya, bahkan tidak aka nada lagi perasaan malu untuk mengakui batik sebagai warisan budaya yang bernilai tinggi. Perlu pula diketahui, di beberapa negara seperti Italia, tepatnya di sekolah mode tertua bernama Koefia, telah menjadikan batik sebagai kurikulum disalah satu pelajarannya. Pihak Koefia menjadikan batik solo, sebagai salah satu bahan kaijan dalam pelajarannya. Bahkan mereka memiliki konsep fashion heritage sebagai salah satu media pembelajarannya. Untuk itu, tidak ada salahnya  juga, menerapkan batik sebagai salah satu kurikulum di jenjang pendidikan kita. Barangkali dengan begitu, generasi muda akan lebih mencintai batik dan bangga menjadikannya sebagai identitas bangsa.Semoga!

 

Tidak ada komentar

Terimakasih banyak telah berkunjung ke Blog Saya
Semoga silaturahmi senantiasa terjalin (^_^)