Pelatihan Kader Posyandu Sebagai Kader Siaga Reproduksi Bencana

        
Sumber : Dokumentasi Tim PPM, Tahun 2023

           Kota Bengkulu yang merupakan salah satu kawasan di pesisir barat Sumatera yang memiliki kerentanan dengan bencana gempa. Hal ini diperkuat dengan berita dari republika.co.id bahwa terdapat laporan dari Badan Meteorologi dan Geofisika yang mencatat pergerakan gempa sejak januari hingga 28 April 2023. Sebagai area yang rentan dengan gempa, edukasi dan pengetahuan perlu diberikan kepada masyarakat, khususnya Kader Posyandu. Mengapa demikian? Hal ini karena Kader Posyandu merupakan kepanjangan tangan dari lembaga kesehatan khususnya puskesmas dalam rangka menggerakkan masyarakat untuk hadir ke posyandu serta memberikan informasi dan menyampaikan pengetahuan mengenai perilaku sehat dan bersih. Oleh karena itu sebagai penghubung, maka Kader Posyandu dinilai memiliki peran penting sehingga dapat dilatih dan didik secara sederhana agar dapat tanggap dan siaga ketika bencana terjadi. 
        Dengan melihat situasi dan peluang tersebut, maka muncul gagasan menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat dengan tajuk "Sosialisasi dan Pembentukan Kader Posyandu Menjadi Kader Siaga Kesehatan Reproduksi Bencana Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu". Kegiatan ini diinisiasi oleh Ns. Nurmukaromatis Saleha, M.Kep atau yang biasa disapa denga Ibu eha bersama dengan tim yakni Bidan Deni Maryani serta Ika Pasca Himawati bersama 4 orang mahasiswa keperawatan dan kebidanan.
         Kegiatan pengabdian masyarakat yang masuk skema Pembinaan Universitas Bengkulu ini diselenggarakan pada 26-27 Juni 2023 di Gedung Bersama (GB 2) FISIP UNIB, serta mengundang 10 Kader Aktif dari Puskesmas Beringin Raya. Tujuannya untuk mendapatkan pelatihan secara terintegrasi mengenai ASI, BHD, dan kekerasan agar tanggap pada saat situasi bencana terjadi. Apresiasi langsung disampaikan oleh Soskamida, S.KM selaku Kepala Puskesmas Beringin Raya melalui Sambutan pada saat acara pembukaan. 
          Pelatihan dimulai dengan pengantar dari Bu Eha mengenai gambaran pelatihan secara utuh serta pre test yang nantinya digunakan untuk mendapatkan gambaran awal pengetahuan para kader. Para kaderpun dibekali buku saku yang dapat dibaca dan digunakan setiap saat. Materi awalpun disampaikan oleh dr. Lala Gunasari, M.Biomed mengenai Dukungan Laktasi Pada Masa Bencana. Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi yang tetap penting dibutuhkan bagi bayi pada saat situasi bencana sekalipun. 

Materi Laktasi dari dr.Lala Gunasari, M.Biomed

            Kolostrum yang muncul pasca melahirkan bernilai nutrisi yang penting untuk bayi. Bahkan dr. Lala juga menganjurkan agar pengetahuan mengenai laktasi perlu dipelajari tidak saja setelah melahirkan namun sebelum melahirkan. Para perempuan hamil beserta keluarga perlu pengetahuan secara utuh mengenai pentingnya ASI bagi Ibu menyusui pasca persalinan. Serta dukungan dari pasangan serta keluarga menjadi stimulan penting yang dapat merangsang produksi ASI bagi Ibu menyusui. Materi diakhiri dengan tanya jawab anatra dr Lala dengan para kader yang terlihat antusias. Sebelum memulai materi berikutnya, kegiatan dimulai dengan ice breaking berupa tarian bersama para kader. Situasi meriah karena para kader tidak segan untuk bergoyang riang. 



Materi BHD dari Ns. Desi

        Materi selanjutnya disampaikan oleh Ns Desi (dibaca Nurse Desi), kami menyapanya Ibu Desi. Selain bertindak sebagai dosen di D3 Keperawatan UNIB, beliau juga merupakan instruktur PMI yang sudah sejak lama mengabdi sebagai relawan kemanusiaan. Kalau dibilang pengalaman sih, sudah banyak aktivitas kerelawanan yang dihadapi, terutama saat bencana terjadi, seperti saat tsunami di Aceh dan gempa di Sulawesi beberapa saat lalu. Ns Desi memberikan materi mengenai BHD (Bantuan Hidup Dasar) secara sederhana yang dapat dilakukan oleh para kader dan orang awam lainnya. Misalnya ketika kita menghadapi situasi seperti  tersedak, luka bakar, pendarahan, patah tulang, bantuan pernafasan dan sebagainya. Bahkan Ns Desi mencontohkan secara langsung penggunaan kain mitela yang dapat digunakan untuk membalut luka bakar, luka tusuk, luka sobek, pendarahan dll. Langkah-langkah tersebut diperhatikan dan dipraktekkan secara langsung oleh para kader.

Praktek Pertolongan pada Orang Yang Tersedak

Penggunaan Kain Mitela untuk Luka Di Tangan

        Meskipun hari bertambah siang, nampaknya antusiasme kader tidak turun, malahan para kader pun nampak semakin bersemangat ketika melihat mahasiswa yang diminta oleh Ns Desi mempraktekkan secara langsung pemberian nafas buatan bagi korban yang tidak sadar. Saat situasi demikian, maka korban membutuhkan bantuan nafas dan para penolong perlu memperhatikan beberapa hal berikut : D-danger, R-response, S-shout for help, C-circulation, A-airway, B-breathing, E-evaluation atau yang dapat dihapal dengan istilah  DRS-CABE. Satu persatu para kader mempraktekkan secara langsung. Termasuk pada saat simulasi patah kaki, satu kader bertindak sebagai korban dan yang lainnya membidai serta menggunakan kain mitela untuk membalut luka. 

Praktek BHD pada Korban

Praktek Pertolongan Pada Korban Patah Tulang

       Di hari kedua, pelatihan dilanjutkan dengan pemberian materi mengenai kekerasan yang terjadi saat situasi bencana. Kekerasan pada saat bencana memang umumnya jarang dilaporkan  namun terdapat catatan kasus yang didokumentasikan. Kekerasan yang terjadi umumnya menimpa kelompok rentan seperti perempuan, anak, serta tidak jarang juga menimpa difabel dan lansia. Hal ini karena korban seringkali merasakan hal tersebut sebagai aib serta tidak mengetahui kemana pengaduan dapat dilaporkan. Padahal Penanganan mengenai kekerasan saat bencana sendiri telah tertuang dalam Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Anak dari Kekerasan Berbasis Gender Dalam Bencana. Sehingga telah memiliki payung hukum. Ketika kekerasan menimpa dan terjadi karena perbedaan status sosial yang berlaku (gender) antara laki-laki dan perempuan, maka kondisi tersebut dapat disebut sebagai KBG atau kekerasan berbasis gender (gender based violence). 
        Oleh karena itu, pengetahuan mengenai kekerasan ini perlu diberikan kepada kader agar mengetahui langkah awal ketika menemukan adanya korban kekerasan. Para kader perlu berupaya untuk menjaga keselamatan, menjaga kerahasiaan identitas korban, non diskriminasi serta memberikan informasi mengenai pelayanan psikososial lainnya yang diperlukan. Sehingga korban dapat lebih aman dan tindak kekerasan dapat diproses lebih lanjut. Terkait dengan lembaga layanan pengaduan tindak kekerasan sendiri, setidaknya ada 3 lembaga di Kota Bengkulu yang menerima pengaduan, diantaranya : DP3AP2KB Kota Bengkulu, Yayasan Pupa serta Women Crisis Center (WCC dengan hotline : +62 823-0673-8686). Setelah penyampaian materi mengenai kekerasan, akhirnya ada 2 orang kader yang begitu antusias berbagi pengalaman terkait dengan tindak kekerasan yang pernah ditemui di lingkungan terdekatnya. Hal tersebut memberikan pelajaran bahwa isu kekerasan memang terjadi disekitar kita. 
        Beralih ke materi berikutnya ialah mengenai  Menyusui, dan Pijat Oksitosin. Materi disampaikan secara langsung oleh Bidan Deni. Beliau menyampaikan bahwa pijat oksitosin dapat memberikan relaksasi dan menjadi kebutuhan penting bagi para Ibu pada saat menyusui. Hal ini karena melalui pijat oksitosin, dapat memperbaiki mood serta mengurangi ketidaknyaman fisik. Praktik terkait pijat oksitosin dilakukan oleh Bidan Deni untuk kemudian dapat dipraktekkan secara langsung oleh para kader. 

Praktek Pijat Oksitosin Oleh Para Kader

    Termasuk juga penjelasan mengenai metode kangguru yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi bayi. Praktek mengenai metode kangguru ini langsung dicontohkan oleh mahasiswa kebidanan untuk kemudian dapat ditiru dan dipraktekkan oleh para kader. Hingga tengah hari, tidak terasa semua materi dan praktekpun telah dilakukan. Tiba saatnya para kader mendapatkan post test untuk mengukur pemahanan materi yang telah disampaikan. Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk evaluasi dari materi pelatihan yang sudah diberikan kepada kader.  

Pengerjaan Post Test Oleh Para Kader

    Post test pun diberikan dengan durasi waktu pengerjaan sekitar 15 menit. Setelah ISHOMA, kegiatan penutupan dihadiri secara langsung oleh Kepala Puskesmas Beringin Raya. Apresiasi kembali disampaikan oleh Kepala serta keinginan para kader untuk terus dilibatkan dalam setiap kegiatan pengabdian pun disampaikan oleh salah seorang perwakilan kader. Acara ditutup dengan pengumuman 3 peserta terbaik, pembagian souvenir kepada para peserta serta dokumentasi yang diwarnai dengan iyel-iyel dari para kader tersebut. 











Tidak ada komentar

Terimakasih banyak telah berkunjung ke Blog Saya
Semoga silaturahmi senantiasa terjalin (^_^)